ADVERTORIAL
media cetak merupakan tulisan tentang suatu produk barang maupun jasa yang
dipublikasikan di media cetak. Setiap pengelola media cetak memberi tajuk yang
khas tentang tulisan jenis ini. Ada yang memakai tajuk Infotorial, Society,
Beritatorial, Advertorial, Market, Iklan, Advertising, dan lain
sebagainya.
Semua
tajuk itu bermakna satu, yaitu tulisan yang menceritakan secara rinci mengenai
keunggulan, kelebihan, dan manfaat suatu produk barang atau jasa, sehingga
calon kunsumen sangat tertarik untuk mengonsumsi atau menjadi usernya.
Advertorial
adalah iklan. Iklan merupakan sumber utama bagi pengelola manajemen media
massa. Sebagai iklan, penyiaran advertorial sangat tergantung pada dana. Dana
itu dikeluarkan oleh si pemasang advertorial, layaknya pemasang iklan harus
mengeluarkan dana untuk memasang iklan produk barang maupun jasa.
Advertorial
muncul untuk menyiasati kejenuhan pembaca terhadap iklan-iklan tradisional yang
lebih mengesankan menggurui calon konsumen. Sebab itu, tulisan advertorial
harus dibuat menarik sehingga pembaca tertarik untuk membacanya.
Koran
Tempo, misalnya, menyajikan advertorial yang menarik dan kaya akan pengetahuan
baru seperti advertorial terkait pemerintah daerah. Advertorial yang
penulisannya sangat bagus sering tidak bisa dibedakan dengan berita pada
umumnya. Tapi, advertorial selalu akan menerakan kata “advertorial”. Ini wajib
dilakukan para pengelola media cetak agar pembaca tidak merasa dibohongi.
Tempat
advertorial bisa di halaman mana saja. Harian Umum Tribun Lampung menyajikan
advertorial di halaman depan setiap hari, di kolom satu dan dua bagian bawah.
Bagi yang tidak terbiasa akan mengira advertorial itu sebagai berita jenis
feature karena isinya mengisahkan tentang pengalaman seseorang setelah menjadi
konsumen suatu produk.
Sebagai
iklan, advertorial memiliki tarif yang lebih rendah disbanding iklan-iklan
formal lainnya. Hal ini dilakukan para pengelola media ceytak sebai service,
meskipun kemudian advertorial belakangan menjadi iklan yang sangat favorit dan
sumber utama penghasilan pengelola media cetak.
Bagaimana Menulis Advertorial
Advertorial
biasanya menjadi tanggung jawab pengelola media. Di setiap manajemen media
cetak (tidak selamanya, memang), ada bagian yang khusus menulis advertorial.
Tapi, para pemasang advertorial biasanya kurang begitu yakin kepada
penulis-penulis advertorial milik manajemen media cetak. Para penulis
advertorial acap mengenakan biaya (cash) untuk penulisan advertorial sehingga
menambah biaya. Sebab itu, para pemasang advertorial sering menulis sendiri
teks advertorialnya.
Menulis advertorial tak semudah yang dibayangkan. Saat menulis advertorial tetap ada kaidah jurnalisme yang harus dihormati.
Menulis advertorial tak semudah yang dibayangkan. Saat menulis advertorial tetap ada kaidah jurnalisme yang harus dihormati.
Kenapa?
Bukankah advertorial hanya membeberkan hal-hal yang bagus dan menghindari
hal-hal yang buruk? Ya, memang. Tapi, sekali lagi, advertorial adalah iklan.
Hanya, berbeda dengan iklan display, advertorial terkesan sebagai suatu berita.
Advertorial
lebih cocok menjadi bagian dari aktifitas below the line. Seperti target
yang ingin diraih oleh kehumasan, dalam artikel sebanyak 3500 karakter, klien
mencoba membangun kesadaran merek (brand awareness), citra merek, citra perusahaan
(corporate image), atau menyajikan informasi agar pembaca lebih mengenal produk
atau jasa yang mereka tawarkan.
Tulisan
advertorial ditulis dengan azas positive thinking. Tapi, jangan membuat
tulisan yang superlative. Dalam penulisan advertorial tetap mengusung konsep 5W
+ 1 H seperti pembuatan berita. 5 W = Who (siapa), What (apa), Where (di
mana/lokasi), When (kapan), dan Why (kenapa). Ditambah 1 H sebagai how
(bagaimana).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar