§ Dalam Jurnalistik
kotemporer dikenal konsep Jurnalisme
warga, jelaskan yang dimaksud dengan konsep jurnalistik warga tersebut?

Jurnalistik warga adalah keterlibatan warga dalam memberitakan
sesuatu (dalam pengertian setiap orang adalah wartawan dan kerja wartawan bisa
dilakukan oleh setiap orang). Jurnalistik warga memberi pengertian bahwa,
setiap pengalaman yang ditemui sehari-hari di lingkungannya, atau melakukan
interpretasi terhadap suatu peristiwa tertentu. Semua individu bebas melakukan
hal itu, dengan perspektif masing-masing.
Jurnalistik warga tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini
publik namun lebih menitik beratkan pada “inilah yang terjadi di lingkungan
kita”. Pemberitaan jurnalistik warga lebih mendalam dengan proses penayangan
berita di televisi, dengan menggunakan visual dari masyarakat. Jurnalistik
warga dinilai sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat untuk menyuarakan
pendapat secara lebih leluasa, tersruktur, serta dapat diakses secara umum dan
sekaligus menjadi rujukan alternatif.
Clyde H. Bentley, guru besar madya pada Sekolah Tinggi
Jurnalistik Missouri AS, menilai bahwa sebagian besar masyarakat tidak ingin
menjadi jurnalis, tapi mereka ingin berkontribusi secara nyata dengan
menuliskan pikiran atau pendapat mereka tentang suatu hal.
Kehadiran weblog atau blog, menjadikan kegiatan publikasi yang
dulunya hanya didominasi oleh media massa, kini dapat dilakukan siapapun yang
memiliki akses internet. Ketika seseorang memutuskan menjadi citizen
journalist, ia harus memiliki keinginan untuk berbagi (to share) dengan segenap
semangat dan gairah yang ada pada dirinya. Fenomena weblog pribadi sebenarnya
telah mencerminkan passion to share dengan baik. Orang-orang membuat blog karena
ingin berbagi cerita, menyuarakan opini, mendokumentasi peristiwa yang
disaksikan atau diketahui.
Istilah jurnalistik warga merujuk pada pengertian di mana
masyarakat biasa bisa berkontribusi untuk menghasilkan produk jurnalisme
(terutama informasi) yang dibutuhkan orang lain. Tak perlu seseorang harus
lulus dari jurusan jurnalistik, atau komunikasi massa, untuk bisa menulis.
Jurnalistik warga adalah istilah yang menggambarkan betapa
kegiatan pemberitaan beralih ke tangan orang biasa. Dunia pemberitaan baru
memungkinkan pertukaran pandangan yang lebih spontan dan lebih luas dari media
konsvensional. (perspektifonline.com)
Pergerakan jurnalistik warga dimulai setelah jurnalis mulai
mempertanyakan prediksi pekerjaan mereka. Para jurnalis menjadi bagian
masyarakat atau publik, pergerakan jurnalisme melawan penyelewengan politik.
Walau wartawan atau pers menganggap diri mereka sebagai media
komunikasi publik, bahkan disebut sebagai pilar keempat dari demokrasi namun
dalam praktiknya, media massa terjebak pada kungkungan institusionalisasi suatu
lembaga. Maksudnya, mereka telah menjelma menjadi institusi yang mandiri dari
publik yang melahirkannya. Jika di masa lalu media massa menjadi milik para
wartawannya, kini bahkan media massa menjadi milik para pemodal. Jika pemodal
memiliki kepentingan dengan kekuasaan, maka pers tak lagi menjadi kekuatan masyarakat
dan gagal menjadi pilar keempat demokrasi. Pers tidak lagi menjadi pembela
masyarakat, justru menjadi kekuatan yang bisa membahayakan masyarakat.
Jurnalistik warga jika diartikan menurut bahasanya berarti
jurnalisme warga, aksi dari warga kota/negara yang memainkan peran aktif dalam
proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminasi berita dan informasi. Jurnalistik
warga melibatkan warga dalam memberitakan sesuatu peristiwa dengan begitu
setiap orang adalah wartawan dan kerja wartawan bisa dilakukan oleh setiap
orang, baik itu ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa bahkan para pekerja
kantoran. Karena tidak terikat dengan salah satuprofesi tertentu maka jurnalistik
warga dikategorikan sebagai jurnalisme publik. Maksud dari partisipasi publik ini
untuk menghadirkan independensi, reliabilitas, akurasi, wide-ranging dan
relevansi informasi yang ada dalam demokratisasi.
Di sini setiap orang dapat menjadi subjek sekaligus objek dari
dari media massa, bukan lagi hanya menjadi subjek seperti dalam media-media
konvensional. Dalam media konvensional biasanya hanya mereka yang terdaftar
sebagai wartawan dalam media tersebut saja yang dapat memberikan berita,
sedangkan masyarakat pada posisi pasif sebagai penonton, pemirsa ataupun
pembaca saja. Masyarakat tidak dilibatkan terlalu jauh untuk dapat menentukan
topik, tema maupun bahasan dalam setiap pemberitaannya. Karena sejauh ini
ternyata media-media utama, mainstream yang ada, tidak bisa memenuhi kebutuhan
dengan alasan space, industri, bisnis serta alasan lainnya. (Blog Rizky
Wahyuni, 11 Desember 2007)
Jurnalistik warga adalah perlawanan. Perlawanan terhadap
hegemoni dalam merumuskan dan memaknai kebenaran. Perlawanan terhadap dominasi
informasi oleh elite masyarakat. Akhirnya, perlawanan terhadap tatanan
peradaban yang makin impersonal. Namun, lebih dari itu, Jurnalistik warga adalah
penemuan kembali kemanusiaan, persahabatan, dan kekeluargaan. Setiap orang
adalah subjek yang berhak merumuskan sendiri kebutuhannya. (Republika, 7
November 2007)
Dan Gillmor, penulis buku We the Media: Grassroots
Journalism by the People for he People (2006)yang juga mantan kolumnis
teknologi di San Jose Mercury News, mengatakan, abad ke 21 ini akan
menjadi tantangan berat bagi media massa konvensional atas lahirnya jurnalisme
baru yang sangat berbeda dengan jurnalisme terdahulu. Kelahiran jurnalistik
warga diperkuat oleh kekecewaan warga akan pemberitaan di mainstream media yang
sarat kepentingan politik dan ekonomi. Agenda setting yang ditetapkan
mainstream media, seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga.
maka ketika teknologi internet muncul, warga memiliki aternatif cara untuk
mencapatkan informasi sekaligus bereaksi atas informasi yang ia terima. Makin
banyaknya pengguna internet membuat jurnalistik warga berkembang pesat.
· “Komunikasi
di Era Digital, Paradigma Baru Bermedia” oleh Haryati
· “Citizen
Journalism sebagai Ruang Publik (Studi Literatur untuk Menempatkan Citizen
Journalism berdasarkan Teori Jurnalistik dan Maistream Media) oleh
Dida Dirgahayu
· “Citizen
Journalism sebagai Media Pemberdayaan Warga” oleh Pandan Yudhapramesthi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar